AbstrakTujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan faktor-faktor penyebab ter-jadinya ketimpangan antar kabupaten/kota dengan menganalisis dari segi kondi-si sektoral, karakteristik pertumbuhan ekonomi, dan kondisi fasilitas sosial dan�ekonomi setiap kabupaten/kota di Kawasan Kedungsapur. Penelitian ini dilaku-kan pada kabupaten/kota dalam Kawasan Kedungsapur Jawa Tengah. Metode�pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Analisis yang�digunakan adalah analisis Location Quotient, Shift Share, Tipologi Klassen, dan�Skalogram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kabupaten/kota yang�memiliki sektor basis adalah sektor pertanian memiliki pertumbuhan ekonomi yang�lebih rendah, sedangkan sebagian besar kabupaten/kota di Kawasan Kedungsapur�memiliki sektor basis pada sektor pertanian. Karakteristik pola pertumbuhan Kota�Semarang termasuk daerah maju dan cepat berkembang, Kabupaten Semarang ter-masuk daerah maju tapi tertekan, Kabupaten Kendal termasuk daerah berkembang�cepat, dan 3 kabupaten/kota lainnya termasuk daerah tertinggal. Kondisi fasilitas�terlengkap hanya terdapat pada 2 kabupaten/kota dan 4 kabupaten/kota lainnya�termasuk dalam daerah yang kurang lengkap fasilitas ekonomi dan sosialnya. Kes-impulan dari penelitian ini kondisi sektoral, pola pertumbuhan, dan fasilitas sangat�berpengaruh terjadinya ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota di Ka-wasan Kedungsapur.AbstractThe purpose of this research to know the comparison of causing factors of the inequality accurence among�districts/cities by analyzing sectoral factor, economic growth characteristic, and economic, social faci-lities condition every district/cities in Kedungsapur. This research was conducted in districts/cities in�Kedungsapur Central Java, and the used data were obtained from BPS Central Java Province. The met-hod in collecting the data was documentation. The analysis that was used was Location Quotient, Shift�Share, Klassen Typology, and Scalogram. The results of the analysis showed that is average of districts/cities which have sector was agriculture sector which has lower economic growth, whereas most of agricul-ture sector. Klassen Typology analysis shows that the characteristic of growth pattern every district/cities�is that Semarang city was included to the high growth and high income, Semarang district was included�to high income but low growth, Kendal was included high growth but low income, and 3 other district/cities were included in to the low income and low growth. Scalogram analysis shows that the complete�facility condition only exist in 2 districts/cities, and 4 other district/cities were included in to the least�economic and social complete facilities. Conclusions of this research, sectoral conditions, growth patterns,�and the facilities are very influential the imbalance between districts/cities in Kedungsapur.
Keywords
Ketimpangan, Kedungsapur, Sektoral, Tipologi Klassen, Fasilitas, Location Quotient, Shift Share Inequality, Kedungsapur, Sectoral, Klassen Typol-ogy, Facilities, Location Quotient, Shift Share
References
Achmad Zaini. 2009. Perbandingan Tingkat Pertumbu-han dan Daya Saing Sektor Pertanian dengan Sek-tor Ekonomi Lainnya di Kalimantan Timur.
Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogya-karta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.
BPS. 2010. Jawa Tengah dalam Angka.
BPS. 2010. PDRB Jawa Tengah.
BPS. 2010. PDRB Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah.
Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Er-langga.
Irawan dan Suparmoko. 1981. Ekonomi Pembangunan.
BPFE UGM. Yogyakarta.
Jhinghan, M.L. 2001. Ekonomi Pembangunan dan Per-encanaan. PT. Raja Grifindo Persada. Jakarta.
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan
Daerah, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Ja-karta: Erlangga.
Marta, Ronal. 2011.Analisis Spasial Disparitas Pemban-gunan Antar Wilayah di Provinsi Sumatera Barat.
Juli 2011. Bogor: Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Miki Malul, Amir Shoham, and Leon Zolotoy. 2005.
The Effect of Societal Culture Attributes on Regional
Disparity. Jurnal Internasional.
Pebrina, Yuditri Intan. 2005. Analisis Pusat Pertumbu-han Ekonomi Pada Tingkat Kecamatan di Kabu-paten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Jur-nal Kajian EkonomiVol. 4 No. 1, 2005.
Peraturan Daerah mengenai Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Tengah.
Suharto. 2011. Struktur Ekonomi, Kesempatan Kerja dan
Ketimpangan Pendapatan di Provinsi Jawa Tengah.
Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses,
Masalah dan Dasar Kebijakan. Jakarta: LPFE
UI.
Sutikno dan Maryunani. 2007. Analisis Potensi dan
Daya Saing Kecamatan Sebagai Pusat Pertumbu-han Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Kabu-paten Malang.
Syafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan
Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat, Ma-jalah Prima. Jakarta: LP3ES.
Tambunan. 2001. Perekonomian Indonesia : Teori dan
Temuan Empiris. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan
Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Todaro, MP. dan Smith, Stephen C. 2004. Pembangu-nan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Todaro, MP. dan Smith, Stephen C. 2006. Pembangu-nan Ekonomi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemer-intah Daerah. Jakarta: Dipublikasikan oleh CV
Duta Nusindo.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Ta-hun 2007 Tentang Pemerintah Daerah.
Widodo, Tri. 2006. Perecanaan Pembangunan: Ap-likasi Komputer (Era Otonomi Daerah). Yog-yakarta: UPP STIM YKPN.
Wie, Thee Kian. 1983. Pembangunan Ekonomi dan
Pemerataan, Beberapa Pendekatan Alternatif. Ja-karta: LP3ES.
Wiyadi dan Rina Trisnawati. 2002. Analisis Potensi
Daerah Untuk Mengembangkan Wilayah Di Eks-Karesidenan Surakarta Menggunakan Teori Pusat
Pertumbuhan. Fokus Ekonomi. Desember 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar