Enggak sekali dua kali, bahkan enggak sepuluh kali dua puluh kali, saya bertemu orang yang punya mimpi besar, punya profesi atau bisnis impian, tetapi tidak dieksekusi dan tidak dimulai, karena masalah ‘nggak ada modal’.
Kalau duren adalah rajanya buah, dan Rhoma Irama katanya rajanya dangdut, dan jidat saya adalah rajanya jidat (versiaudience seminar saya), maka ‘modal’ adalah rajanya semua alasan.
Modal yang dimaksud di sini hampir selalu berurusan dengan urusan dompet. Dan solusi yang paling banyak dikemukakan orang adalah, “mau kerja dulu coach, nabung, nyari modal sampai cukup”.
Masalahnya, pas ditanya “Cukupnya itu segimana?” Kebanyakan dari mereka cuma tertawa datar nan hambar, karena ternyata mereka enggak tahu “cukupnya” segimana!
Beberapa bahkan enggak tahu sebenarnya mereka butuh berapa, atau mau ‘ngumpulin’ berapa lama!
Jadi bagaimana mau selesai tahap ‘ngumpulin modal’ nya, kalau bahkan enggak tahu butuh berapa?
Jadilah mereka terjebak tanpa sadar di profesi yang nggak ‘mereka banget’, entah sampai kapan. Dan masih di profesi yang terus mereka keluhkan, sampai sekarang.
Padahal, buat saya, namanya ‘modal’ itu seharusnya bisa diartikan sebagai ‘apa yang ada di tangan Anda saat ini, dan bisa Anda akses saat ini juga’!
Termasuk tapi tidak terbatas pada, modal tampang. Modal skill public speaking. Modal skill masak. Modal jaringan dan kenalan yang berpengaruh. Modal uang secukupnya. Modal ide. Bahkan, mungkin yang tidak pernah lepas dari tangan Anda, modalhandphone.
Saya sendiri, memulai profesi saya untuk jadi penulis dengan modal handphone. Tepatnya, modal phonebook, di handphonejadul saya dulu.
Saat itu saya sedang menjalankan beberapa bisnis kecil, tapi pengalaman saya selama beberapa tahun di jalanan, mencoba berbagai bisnis, dari jualan keripik antar warnet, membuka toko mainan dan anime, hingga properti, memberi saya beberapainsight yang ingin saya share untuk anak muda.
Saya punya segudang hal yang ingin saya sampaikan untuk anak muda, yang bahkan hingga hari ini, banyak dari mereka yang seringkali masih ‘galau’ untuk menentukan arah karier, memilih profesi, dan menentukan masa depannya.
Saya ingin share pengalaman dan pemikiran saya, dalam bentuk buku. Tapi bagaimana? Saya tidak kenal seorangpun di dunia penulisan, dan penerbitan. Saya bahkan tidak ada pengalaman sama sekali untuk menulis buku. Jangankan buku, menulis biodata saja kadang- kadang saya harus nyontek.
Tapi ada satu modal yang saya punya. Handphone, danphonebook di dalamnya. Jadi saya angkat itu handphone, dan saya telepon satu demi satu nama yang ada, dari A, sampai Z, untuk menanyakan, “Halooo bro, gua mau tanya dong, punya kenalan penulis, editor, atau penerbit nggak? Nggak? Oke makasih”. Lalu saya lanjut ke nama berikutnya.
Dalam waktu singkat, saya punya sehalaman daftar nama potensial untuk saya telepon dan hubungi. Dan dengan modalhandphone yang sama, proses menelepon itu saya ulangi lagi. “Haloo mas, salam kenal, nama saya Dedy Dahlan, saya mau nanya- nanya soal proses penulisan…” Lalu saya lanjut ke nama berikutnya, sampai saya berhasil mendapatkan beberapa janji temu dengan editor beberapa penerbit.
Saya jadi penulis dengan modal handphone. Saya tidak sendiri, Adam, seorang murid saya, punya passion dalam bisnis event organizer. Tetapi dia tidak tahu harus mulai dari mana. Dia belum pernah dan tidak punya jaringan EO sebelumnya. Jadi, setelah mendengar kisah saya, dengan modal smartphone-nya, dia mengirimkan email ke semua nama yang ada di Google Account–nya, dan mengirimkan message lewat sebanyak mungkin koneksi LinkedIn-nya, untuk memperkenalkan dirinya dan jasa EO spesifik yang ditanganinya. Ia juga menawarkan jasa unik yang dimilikinya, dan melakukan follow up calls, dari handphone yang sama.
Setelah beberapa kali mencoba, satu demi satu penerima emailnya membalas message-nya. Ada yang menolak dengan halus, tapi ada juga yang mengajak bertemu!
Adam kini sedang terlibat beberapa project event kreatif yang lumayan di Bandung. Lagi- lagi, hanya dengan modal handphone.
Lain lagi, seorang illustrator dari luar negeri, bernama Robert, yang punya gaya unik dalam menggambar manga yang imut- imut. Untuk menyebarkan gayanya yang unik dan memperkenalkan gayanya di internet, dia mengubah berbagai fotoselfie orang di internet jadi manga dengan gaya khasnya, lalu menunggahnya di situs milik dia. Ia pun memantau progress dan menyebarkan hype untuk gambarnya, lewat smartphone nya!
Kini semua orang, dari seluruh dunia, mengantri untuk mengirimkan foto selfie, untuk diubah jadi manga olehnya.
Jadi jangan biarkan masalah ‘nggak ada modal’ menghambat Anda. ‘Modal’ Anda adalah apa yang ada di tangan Anda, saat ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar